Contoh Flash Fiction



Seperti janji saya, saya akan memposting contoh Flash Fiction(FF) sebagai pembelajaran. Kunci dari FF adalah kepiawaian mengolah kata seminim mungkin untuk menghasilkan efek sedramatis mungkin. Secara ekstrem, dicontohkan oleh Ernest Hemingway dalam cerita enam katanya, "Dijual: sepatu bayi, belum
pernah dipakai."



Contoh FF 95 kata :


Zamrud, Bukan Mirah Delima, Sayang.


“Oh, indahnya! Ini untukku?” Mataku berbinar-binar saat suamiku menunjukkan sebentuk cincin emas berhiaskan mirah delima.

“Tentu saja,” sahutnya sambil tersenyum. Diraihnya jemariku. Namun ketika cincin itu tidak muat di jari manisku, bahkan tidak muat di semua jari walau kelingking sekalipun, ia mulai mengernyitkan dahi.

“Padahal aku memesannya khusus untukmu,” katanya, heran. “Kau suka mirah delima, kan? Aku sih tidak.”

Aku terperangah. Lima tahun yang lalu, suamiku membelikanku zamrud karena tahu itu favoritku. Kali ini, ia memberiku mirah delima, kupikir itu batu favoritnya.

Kuteliti cincin itu. Ukurannya kecil sekali. Di dalamnya tergrafir tulisan “Wenny”. Namaku Rina.


(Sumber: Buku "Jangan berkedip!", Karya: Donna & Isman)



Contoh FF maksimal 200 kata :


Misi Gagal Berbuah Amal


Langit kembali menampakkan wajah merah jingganya, gambaran khas alam ketika senja, persis seperti paras ayu sang gadis, bersemu merah merona tatkala tersipu malu.

Hari itu, ramadhan beberapa tahun yang lalu, misi penyelamatan makanan enak ketika buka puasa bersama kaum dhuafa di masjid sirna sudah, karena pekerjaan mendadak yang harus ku selesaikan sore harinya. Wal hasil aku pun terlambat. Tak lagi terpikir apa yang telah di rencanakan. Tapi justru disinilah aku mulai tersadar kembali melihat mereka.

Ada semburat keceriaan yang begitu tampak jelas, ada yang membulirkan air bening dari bola matanya yang berkaca-kaca, sembari bibirnya bergetar mengucap syukur.

Ya Robbana, mungkin inilah yang dinamakan kebahagiaan sesungguhnya, berbagi. Jelas sekali gambaran ini memperlihatkan betapa mahalnya harga sebuah makanan enak bagi mereka.

Tersisa satu nasi di tanganku.

”Itu bagianmu,” kata temanku.

Tapi baru saja ingin menikmati, kulihat di sudut pelataran masjid seorang bocah dekil, asyik memegangi perut, sepertinya menahan lapar yang amat sangat. Spontan kuberi nasiku. Laparku tidak berarti apa-apa bila dibanding bocah ini, jelas dia lebih berhak.

Ku semakin mengerti apa itu puasa sebenarnya, untuk bisa menyelami sedikit penderitaan mereka. Kita hanya merasakan kelaparan di siang hari teman, sementara mereka berhari-hari bahkan mungkin lebih.


(Sumber : group TAMAN SASTRA, Oleh : Lucky Andrean Sanusi)



Contoh FF 400 kata :


Sebelum Jam 6


Aku tidak pernah mengungkapkan cinta. Aku tak tahu apakah emak akan setuju jika kuungkapkan cinta. Setahuku emak setuju jika aku belajar mengambil kedelai di toko Cik Mimin sebelum subuh, kemudian menumbuk, merebus, menyaring dan mengantarnya hangat-hangat ke pelanggan tanpa ada yang rusak tepat jam 6 pagi.

Hari ini sebelum subuh aku pergi ke toko Cik Mimin. Wajahnya tidak tampak seperti biasa. “Tole, pulanglah. Libur.”

Aku bergeming menunggu Cik Mimin memberikan sekarung kedelai. Emak marah kalau aku pulang dengan tangan kosong.

“Haiya, baiklah. Bawa sekarung di belakang sana. Cepat pulang.” Cik Mimin menyuruh membawa karung itu pergi. Tanpa banyak tanya, kutaruh sekarung di belakang sepeda, tak lupa kuikat erat-erat supaya tidak jatuh.

Dulu pernah ikatannya tidak kuat dan terjatuh di tengah jalan. Kedelai berceceran, aku pungut satu per satu sampai matahari tenggelam kembali. Setelah berhasil mengumpulkan semua kedelai, aku bingung bagaimana cara membawanya, karung itu telah robek. Kulihat emak menyusul, dia menemukanku sedang bingung memasukkan kedelai di karung robek. Hari itu tiba-tiba ada air di mata emak, aku melihatnya dengan jelas karena emak berdiri di depanku, di bawah cahaya bulan terang benderang. Emak kemudian menyuruhku memboncengnya pulang. Katanya Cik Mimin sudah mengganti sekarung kedelai baru di rumah, jadi kami tinggalkan begitu saja kedelai di karung robek.

Setelah yakin ikatan talinya kuat, aku langsung mengayuh sepeda menuju rumah cepat-cepat karena rendaman kedelai semalam telah menunggu untuk ditumbuk. Emak pasti senang kalau aku pulang lebih cepat dari biasanya. Saat sampai di rumah, kulihat Emak masih di tempat yang sama dikelilingi tetangga-tetangga. Mereka biasanya ke rumah untuk ngobrol dengan Emak, kadang mereka saling mencabuti uban, kadang saling memijat.

“Tole, kamu istirahat. Jangan membuat susu. Emakmu akan pergi jam 6 nanti.” Seorang tetangga menyuruh istirahat tapi tidak kudengarkan. Aku takut emak marah kalau susu tidak diantar pagi ini.

Kutiriskan kedelai dari rendaman semalam, kemudian kukumpulkan dalam sebuah lumpang kayu, kutumbuk kuat-kuat hingga halus. Setelah itu kurebus dan kusaring. Aku memasukkan susu ke dalam botol dengan hati-hati. Botol-botol berisi susu telah siap di kotak kayu belakang sepeda. Segera kukayuh cepat-cepat ke rumah pelanggan, mereka heran melihatku mengantar susu sepagi itu.

Hari ini memang ingin pulang lebih cepat, aku akan mengantar emak nanti. Usai sudah tugasku sebelum jam 6. Kuambil sebilah papan kecil, aku akan belajar mengungkapkan cinta di atas papan itu untuk emak terakhir kalinya. Kutulis,
Sutiyem binti Supeno
Lahir : Probolinggo, 12 Maret 1953
Wafat : Probolinggo, 29 Desember 2011


(Sumber : http://aidsincera.blogspot.com , Oleh : Aid Sincera)


Cerita-cerita di atas adalah contoh FF. Dan di bawah ini adalah FF 140 kata yang saya coba buat, sebagai pembelajaran buat saya.



Hilang

Oleh : Ida Silvia


"Ini, Mbak," ujar Mbok Sri sambil menyerahkan kunci motorku.

Kusahut kunciku kasar. Terlalu jengkel aku dengannya karena kehilangan demi kehilangan di rumah ini. Sebulan lalu mama kehilangan cincin permatanya hadiah papa di tahun kelima pernikahan. Dua minggu yang lalu, duit papa diembatnya. Dan baru 2 hari yang lalu, gelang hadiah Bayu -pacarku- lenyap juga, mungkin dijualnya.

Kutunggu Mirna, sepupuku. Kami hendak berangkat sekolah bersama. Kulirik tasku masih terbuka. Dompetku? Dompetku tertinggal di meja makan. Aku menengok meja makan. Tak kutemukan dompetku di sana. Duh, lagi-lagi aku kemalingan.

Kulihat Mbok Sri membersihkan pigura tepat di depan kamar Ariel, adikku. Rasa jengkel sudah memenuhi benakku. Aku bergegas mendekatinya hendak menghardiknya. Namun mataku justru terarah ke dalam kamarku. Mirna, yang baru 2 bulan tinggal di rumahku, tampak tersenyum sumringah dengan selembar 100 ribu di tangan kanannya dan dompetku terbuka lebar di tangan kirinya.


--------------------¤¤¤-------------------


Nah, buat teman-teman yang ingin belajar menulis FF bisa mem-publish-nya di kolom komentar. Atau untuk warga WR 09(khusus warga WR09) yang ingin karya FF-nya di posting di blog bisa dikirim ke email admin blog : coretanwr09@gmail.com


1 komentar:

Nia Kurniawati mengatakan...

Bagus2 Ffnya. Izin save n share yaaa...

Posting Komentar